RohulSatu.com – Peta jalan rancang bangun politik, tidak selamanya berjalan mulus sesuai prediksi dan skenario awal.
Banyak dinamika tantangan, rintangan dan peluang dengan segala plus minusnya yang terjadi dan ditemui dalam perjalanan, akan mewarnai arah fhinis
Ternyata keberhasilan melewati rimba belantara politik itu, selalu berkait kelindan dengan pengalaman dan kapasitas pemainnya yang harus terbiasa menempuh jalan pendakian bukit terjal berliku.
Konsep pencalonan linear misalnya, ternyata berantakan dan tidak semuanya bisa diterapkan di Pilkada Gubernur dan Bupati, karena lebih kuatnya arus kepentingan lain yang harus diakomodir, terutama oleh DPP Parpol.
DPP Parpol tentu saja berhitung realistis dan agak jelimet tentang Paslon yang diusung, target utamanya adalah paslon yang diusung, memenangkan pertarungan Pilkada
Artinya, perintah DPP ke DPD Provinsi dan DPC Kabupaten adalah wajib menang, jangan sampai mengusung kader sendiri tapi kalah
Perintah DPP itu bukan sekedar lips service semata, tapi lebih pada tataran memikirkan masa depan partai yang lebih luas.
Mengusung kader sendiri dengan analisa prediksi kemungkinan kalah di kontestasi, sama saja dengan bunuh diri
Sehingga langkah kongkrit paling aman adalah memutuskan mengusung Paslon lain yang prediksi kemungkinan menangnya lebih menjanjikan
Setidaknya, jika langkah itu yang diambil dan Paslon diusung itu ternyata menang, maka semua komponen partai tidak akan kesulitan membesarkan partai lima tahun ke depan
Namun, DPP Parpol sudah pasti tidak memiliki referensi yang utuh tentang peta kekuatan dan rekam jejak figur semua Paslon yang bertarung di pilkada.
Referensi dominan yang akan dipelajari DPP untuk memutuskan Paslon yang akan diusung, selain rekomendasi DPC dan DPD adalah, Hasil kesimpulan dan kajian yang dilakukan beberapa lembaga survei.
Next..jika terjadi kondisi deadlock terhadap paslon yg akan diusung karena tingginya aroma tarik ulur kepentingan partai di tingkat bawah, maka DPP akan menggunakan saluran penilaian lain.
Maka figur paslon yang memiliki elektabilitas dan kapabelitas tinggi versi lembaga survei akan menjadi pilihan partai melabuhkan dukungannya, jika ingin menang, walaupun paslon itu bukan kader sendiri. (Rpt)